Maret 05, 2011

' M3n3mui b1dad4ri ' adalah C3rpen.


        Aku berdiri diatas benda cair yg dinamakan laut, Sedang meneriaki langit. Udara yg tenang,laut yg bidang,dan cahaya yg menghangatkan. Terusik,kacau dan berubah bentuk.

       Jadi,

       Angin yg ganas,laut yg buas dan cahaya mentari tertutup awan gelap,hitam,kelam. Kilat menyambar.
  Sedang aku sendiri menunggu disini sambil diselimuti hati yg sepi. Aku lelah berjalan menyusuri bumi,melewati kota2,desa2,gunung2,padang pasir,peradapan dan hutan belantara. Dan kamu tak pernah ada disana.

       "Duhai yg cantik parasnya.....lembut hatinya.....temuilah aku sekarang. Aku sudah terlalu lama menunggumu," teriakku! Mengetarkan bumi.

  Teriakan yg berakibat gelombang ombak setinggi pucuk pohon kelapa bergulung ke delapan penjuru angin. Dan aku tak peduli sama sekali,masalah!?

         Saat gelombang ini akan menerpa pulau di ujung mata sana. Aku ingat namanya,Serambi Mekah tapi mungkin Serambi Neraka,entalah aku tak yakin.

         5 abat sudah pohon beringin itu tumbuh dibelakang rumah. Aku masih ingat saat kita menanamnya bersama. Sungguh hari itu,hari yg paling bahagia untukku dan mungkin juga untukmu.

        Tapi tiba2 engkau pergi begitu saja,dan hanya meningalkan sepatah kata. Katanya enkau harus pulang ke negerimu untuk menebus dosamu. Aku tak terima,sungguh tak terima.
   Aku mengira,kepergianmu hanya sekejab mata dan saat ku membuka mata,kau ada. Namun beribu ribu mata ini terbuka. Kau masih tak ada diujung mata.

        Akhirnya,setelah aku diberitahu oleh seorang pemain opera dipinggiran kota paris sana. Dia juga memberiku air inti nurani untuk menjemputmu. Aku tahu dimana negerimu,tempat tingalmu.Tapi untuk menyusulmu,aku masih malu,karena di negerimu itulah penciptamu berada,yg tak lain juga penciptaku.

        Tapi sekarang rasa maluku terkikis hilang oleh rinduku padamu. Insya Allah,aku akan pergi kesana menyusulmu sekarang.



        Aku terbang secepat sinar mentari menyinari rerumputan di pagi hari. Ke langit ketujuh,disanalah negerimu,disana kamu tinggal sekarang!. Kekasihku itu bernama Bidadari.
   Namun tiba2 aku harus berhenti,melayang di ruang(angkasa) hampa udara. Dihadapanku terbentang sebuah tembok dan mungkin langit. Sepanjang ujung mata ini memandang,langit ini tak ada berujung. Berukir emas bercahaya,membentuk kaligrafi terindah yang pernah kulihat dimuka bumi,kecuali paras kekasihku itu.

         Lalu suara sesuatu  mengagetkanku. Beberapa sosok 'apa itu?' datang menghangku. Kukira itu sekawanan Iblis,tapi walau begitu aku tidak takut.

         "Hei manusia,kamu dilarang kemari. Pulanglah segera ke bumi!" suaranya berwibawa.

         "Maaf,aku menolak. Aku harus menemui kekasihku dilangit ketujuh," aku agak takut melihat sosok mereka yg menyeramkan,tapi siapa mereka? "Dan siapa kalian?"kemudian aku bertanya.

     "Kami malaikat penjaga langit pertama."

          Melihat sosok mereka aku sanksi,beberapa bertanduk,ada yg bersisik dan berlidah menjulur seperti hewan melata. Dan semuanya berekor.Kalau tidak melihat kulit mereka putih bercahaya dan mengeluarkan wibawa. Aku akan tebas mereka,karena mereka itu kukira iblis.

         "Kamu jangan bingung ,aku tahu yg kamu pikirkan. Malaikat tak seperti para manusia gambarkan dan yg pasti iblis itu lebih tampan dan cantik dari yg kau kira,"

          "apa sekarang kau mau pulang?" tanya malaikat yang lain.

         "Aku menolak,biarkanlah aku melewatinya atau terpaksa harus kutebas leher kalian,sungguh aku tidak takut pada malaikat. Buatku sekarang yg paling penting adalah menemui yg cantik parasnya,dan selembut hatinya."

          "Baik,kami akan memaksa kamu untuk pulang!" para malaikat menerima tantanganku. Aku bersiap, mengambil ancang2 untuk berkelahi.

         Saat kami akan mulai. Seketika, sesosok Jubah putih berdiri diantara aku dan para malaikat tadi,menengai kami yg telah siaga.

          Kami terdiam, "Malaikat Laka,ada apa? Kenapa kau menghentikan kami?" tanya para malaikat itu.

          "Tuhan bersabda padaku untuk mengurus manusia bumi ini!" suaranya menggelegar dan berwibawa.

           "Baiklah!" para malaikat pergi tampa bertanya lagi,juga tampa suara.

    Manusia,kamu ingin bertemu dgn yg cantik parasnya dan lembut hatinya-kan"

          "Benar, tuan malaikat " jawabku santun. Mendengar pertanyaannya yg berwibawa. Sikapku agak tegang.

          "Peganglah satu tanganku,kuantarkan kau ke sana!" syukurlah dia tidak mengusirku seperti para malaikat tadi.


          Aku berdiri diatas tanah didepan sebuah pondok bambu ditepian hutan. Dan aku yakin ini bukan dibumi,bau tanah dan rerumputan yg menyenangkan. Pohon2 yg belum aku tahu namanya,menjulang tinggi dan berbuah lebat juga ranum.

          "Apa ini surga tuan malaikat?. Jika benar,maaf aku tak ingin kesini. Aku ingin bertemu bidadari dilangit ketujuh!"Surga tidak berada dilangit.
        "Ini bukan surga. Ini adalah tempat tinggal
kekasihmu itu bidadari yg cantik paras dan lembut hatinya. Tunggulah ia akan keluar sebentar lagi"

"Dengan kecepatan apa, kita bisa sampai disini tuan malaikat?" sebetulnya sejak tiba disini tadi aku penasaran sekali,sebegitu cepatnya hingga aku tak merasah telah terbang ke mana2,dari gerbang langit pertama sampai kesini,tempat tinggal bidadari. Tapi melihat tempat ini dan teringat kekasihku itu,aku jadi lupa sesaat!.

"Dengan kecepatan wahyu tuhan!" malaikat bersosok jubah putih itu menghilang. Dan itu tak buat aku terkejut sama sekali.


Menunggu dirinya sekali lagi,membuatku sangat sedih. Tak terasa air mataku menetes deras. Tak bisa dipercaya setelah 5 abat aku menunggu, aku harus menunggunya lagi. Begitu sakit hati disesaki rindu pada sang kekasih.

        "Mengapa kau menangis, kekasih? Apa menunggu aku sedikit lagi membuatmu mati? "

Menatap paras yg cantik, yg duduk didepanku dan menenangkanku. Aku peluk dia erat2. Rinduku terobati sudah. ' AKU TELAH MATI, DAN AKU HIDUP KEMBALI '

Tubuhku rebah dipangkuannya. Sungguh nyaman pangkuan kekasih itu. " Aku mencintaimu kekasih, maka pulanglah dan kutunggu kau disini. " ucapnya tiba2.

          Aku terperanjat,aku ingin marah tapi melihat ia lalu tersenyum. Aku membisu.

         "Mengapa?" hanya itu yg bisa ku ucapkan.

" Dilangit ini, aku berada (tinggal) ,dan dibumi kamu berada (tinggal) " ia bicara sambil menatap angan yg melayang di otaknya, entah pikiran apa itu ?, aku tak bisa membacahnya (mengetahuinya). Aku diam ,bingung.

" Disini aku harus menebus dosa karena aku turun ke bumi, Tuhan Maha Penyayang, Tuhan memberi perintah aku harus menjaga para bidadari agar tidak terjaga. "

" Jangan Bidadari, kau tahu pohon beringin itu sudah terlaluh tinggi, aku ingin kau melihatnya, merasakan kehangatannya dan keteduannya. Jangan suruh aku pisah denganmu lagi, aku tidak kuat. " aku memeluk ia erat2.

"Kekasih, kau mungkin tidak tahu bahwa kami bidadari terlahir dari kebaikan hati manusia. Mampu untuk tidak bermaksiat atau berzina. Dan aku terlahir karena kamu menolak untuk berzina dengan istri raja.

Salahku, setelah aku terlahir aku turun ke bumi dan mencari kamu, sungguh, berpisah denganmu itu sangat menyiksa , tapi aku lebih takut jika kita tak bisa bersama selamanya."
            "Apa maksudmu ,kekasih?"

Sadarlah, kekasih! Apa kau tidak tahu bahwa akhir-akhir ini kebaikan hatimu itu kau abaikan. Dan orang2 yg kehilangan kebaikan hati adanya terikat di neraka."

  Aku diam saja. Mataku tertunduk layu.

"Ingatlah kekasih, apa yg kau lakukan sebelum menemuiku? . Kau bunuh orang2 tak bersalah di ACEH sana dengan kekuatanmu dan kamu tak peduli sama sekali. Sungguh aku takut kamu ada dineraka, daripada bertemu denganmu," matanya sayu, teduh membuat hati jadi serba salah.

          "Aku hanya padamu kekasih dan itu sudah tak bisa ditawar lagi," sakit hatiku.

"Aku tahu kekasih, aku juga sama. Tapi besabarlah kekasih, kita pasti bersama. Jadi pergilah ke bumi dan tebus dosa2 mu itu. Yakinlah bahwa kita akan bersama."

          "AKU....." tak ada yg bisa kuucapkan dan tak ada yg lebih menyakitkan daripada di usir kekasih daripada nyawa sendiri.


          Kumainkan lagu paling indah, lagu seruling beringin kekasih, aku duduk di kakinya (beringin) . Aku tersenyum, janjiku pada kekasih, aku harur mati, tapi bukan bunuh diri. Berpisah dari kekasih itu memang sangat menyiksa. Namun lebih menyiksa jika kehilangan kekasih juga masuk neraka.

          Aku pergi ke serambi mekah, membantu orang2 disana, menebus dosa. Aku tersenyum menunggu untuk kita bersama lagi.

End.

0 komentar:

Blogger templates


Template by:

Free Blog Templates