Desember 13, 2009

' Dun14 D4lam C3rmin ' adalah C3rpen.


Sekarang disinilah aku, terperangkap dalam dunia yg sepih, hening dan membingungkan. Bersama orang yg paling kubenci dalam hidupku, keseharianku.

Seperti kataku tadi, disini memang sepih bahkan saat kami menyusuri kota kami, kota dimana tempat kami lahir, tumbuh dan bersekolah. Tak ada satu orangpun yg kami temui.

Semula kami berharap ini mimpi, tapi ternyata tidak sama sekali. Ini bukanlah mimpi, kami masih sangat sadar untuk bermimpi sekalipun. Aku masih merasakan sakit di lenganku yg agak melepuh sebab terbakar?.

Kami merasa ada dalam cermin, tidak!! Kami memang ada dalam cermin atau benar kami ada dalam cermin? Kami tersadar ada dalam cermin saat kami melihat sebuah tulisan yg hurupnya terbalik, dan semua hal yg seharusnya selalu ada dikanan jadi dikiri.

Dan orang yg paling kubenci itu adalah Nara, teman sekelasku, anak paling nakal dikelas. Ia sekarang sedang cari makan. Dan aku disini menunggunya.

Aku menoleh kesamping, saat kurasakan ia tampak datang mendekat.

Ia melemparkan sesuatu kepadaku. Suaranya tampak keras terjatuh didepanku, diatas tanah yg berisi daun berserakan. Sebuah mangga muda tergolet, terluka!.

" aku tidak sedang ngidam tahu!, kenapa tak kau ambilkan yg matang saja? " kataku.

" yang matang, terlalu asam! Mending yg muda, manis! " elaknya.

" ngaco, ngomong apa kamu?, buktinya kamu ambil yg sudah matang ditanganmu. " bantahku.

" kalau tak percaya, " ia melemparkan mangga matang itu, aku menangkapnya dengan kedua tanganku, " ini makan saja. " ia pergi lagi.

Aku memakannya, aku benci mengakuinya. Tapi ia benar, mangga ini memang pahit dan asam. Tampaknya yg terbalik disini bukan hurup dan suasananya (semua yg di kanan jadi dikiri), tapi juga rasa, pikirku.

Kami berjalan lagi, mencoba cara keluar dari dunia cermin ini. Semoga terkabulkan!.

Kami kembali menyusuri asal mula kami berada disini. Menyusuri jejak yg kami tinggalkan. Dan disinilah kami, disebuah laboratorium sekolah yg belum terbakar.

***


Semua berasal dari laboratorium ini. Dimana saat itu kami (kelas aku) sedang melakukan pratikum kimia, pengujian zat yg mudah terbakar.

Seperti hari-hari yg menyebalkan yg telah kulalui. Nara, anak itu bikin ulah lagi.

Ia campur beberapa zat pada satu botol uji saat kami (kelas aku) sedang 'break' diluar laboratorium. Aku sendiri tampa disangkah jadi korban dari kejahilannya kali ini.

Aku kembali kedalam untuk mengambil pensilku yg tertinggal dan kulihat ia sedang asyik campur-campur cairan itu dalam satu botol uji.

Campuran itu menguap, aku mendekat! Dan ia agak terkaget, satu botol uji beserta cairannya yg ia pegang, jatuh dan pecah.

Aku marah dan dari botol uji yg pecah itu menimbulkan lidah api, menyambar kesana kemari.

Sekejab kebakaran terjadi, aku menendang kakinya sebagai ganti ulahnya, juga pelampiasan marahku.

Kami terkurung dalam ruangan penuh api, tak bisa lari keluar. Lalu kami akhirnya pingsan. Saat aku bangun, disinilah kami, di dalam cermin!

***

Ada cermin yg sejak dahulu terpasang di dinding laboratorium ini dekat dengan kami, saat kejadian itu terjadi. Cermin pantul berukuran 2 x 3 mtr persegi.

Aku dan Nara sedang memandangi cermin pantul itu. Entah apa yg masing2 kami pikirkan?, kecuali wajah kami berdua yg emang cakeb! Sudahlah!

Kami memandangi, mengamati, menelisik sekitar itu. Semua tampak sama, tak ada yg berubah. Semua tampak seperti sebelum aku meninggalkan laboratorium ini dan sebelum Nara melakukan kejahilannya.

Aku memandang Nara dari ujung kaki ke ujung kepala. Sebetulnya Nara itu bisa dibilang tampan, sayangnya ia itu nakal banget. Coba kalau engak, pasti banyak cewek yg naksir.

Tapi setengah hari ini, Nara itu beda, ia engak nakal seperti biasanya. Mungkin ia pikir mending keluar dari sini daripada jahilin aku.

Nara memandang keatas cermin, melihap sebuah jam yg berputar kebalik. Namun putarannya tetap sama dari angka kecil ke angka besar. Sekarang tepat jam 3, tepat 6 jam kami terkurung didunia ini.

Aku masih merasakan kebingungan saat pertama ada disini, merasakan ketakutan yg teramat sangat, karena kesepian dan merasa sendirian. Sambil memandang sekitar supaya terbiasa.

Sungguh tak mengenakkan. Mungkin ini juga yg dirasakan Nara.

Tiba-tiba cermin yg ada didepan kami bersinar terang, menyilaukan lalu lama-lama memudar lalu meningalkan sebuah berkas bayangan yg berbeda dengan diri kami (bayangan aku dan Nara, karena kami ada didepan cermin ini). Layaknya seperti TV, cermin ini menampakkan sebuah laboratorium yg sudah habis terbakar. Jalan keluar, pikirku. Aku mendekat dan kuraba cermin itu, masih sebuah kaca!. Aku marah! Kupukulkan tanganku beberapa kali dan Nara menghentikan kelakuanku itu.

Aku dan Nara terdiam, kami memperhatikan dengan betul cermin itu. Menajubkan! Yg kulihat adalah laboratorium yg sudah terbakar dan orang2 yg mondar mandir mencari sesuatu yg tersisa, yg bisa di selamatkan atau mungkin mencari mayat kami, apa dikira kami sudah mati?, menjengkelkan sebab bukan jalan keluar.

Satu jam berlalu, aku kaget bukan kepalang saat aku tersadar cermin ini kembali seperti semula dan saat tempatku berpijak berubah keadaannya, sama seperti yg ada dalam cermin, cuma tak ada orangnya.

Aku tersungkur jatuh. Aku menoleh ke Nara. Dia telah hilang! Apa aku sendirian? Tidak, pikirku.

Mataku menjelajahi setiap sudut laboratorium ini. Betul, sama seperti yg kulihat saat ini. Hancur berantakan sebab terbakar.

Aku berdiri dan berlari keluar. Saat kulihat Nara sedang berdiri melihat kaca jendela. Tampa sadar aku memeluknya.

Kami terdiam beberapa saat, entah apa yg dipikirkannya.

" kupikir kau sudah pergi? " akhirnya aku bersuara.

Aku sadar, kulepaskan pelukanku itu. " maaf! "

***



" kamu beda, Nar? " aku bertanya kepadanya, saat kami berdua duduk didepan kelas Kami.

" apa yg beda? " ia masih jaim juga. Ia seperti tak peduli walau aku ada didekatnya.

" nakal, jahil gitu! " ucapku polos.

" tundah dulu, kita keluar dari sini dan aku akan nakal lagi, " senyumnya, terlihat benar kenakalan di wajahnya itu.

" sial, " aku kecewa banget.

Namun, tiba-tiba atau entah kenapa dan apa yg dipikirkan Nara saat ini? Ia terdiam, mematung, memandang lekat kearah depan. Memandang taman depan kelas, tepatnya memandan sebuah kaleng yg kulempar tadi pagi saat aku keluar dari laboratorium itu.

" nah! " ucap Nara ngagetin aku, ia lalu berlari ke dalam kelas.

Radak bingung sih kemudian aku menyusulnya masuk kedalam kelas.

Nara sedang menulis dipapan tulis, agak besar sih, tulisannya!

TOLONG KAMI, KAMI ADA DALAM CERMIN!

Aku nyengir. " percuma Nar, nggak ada yg ngeliat. " aku tidak percaya dgn apa yg ia lakukan. Bodoh amat sih! Disinikan nggak ada orang selain kita, pikirku.

" kamu tahu, aku kira kita bisa hubungi dunia kita sebenarnya. " ia mencoba menjelaskan.

" maksud loe? "

" dunia ini, dunia dlm cermin ini punya waktu sendiri seperti dunia kita berasal, dan jika dunia kita mempengaruhi dunia ini. Maka begitu kebalikannya. " katanya penuh semangat.

" masak sih! " aku tak percaya, " gimana kamu tahu? " aku bertanya lagi.

" dari kaleng itu. "

" aku bingung Nar? " sungguh aku berkata seperti itu.

" nanti aku jelasin lebih jelas, sekarang kita cari makan? "

" makan dikantin ajah, " aku mengikutinya dari belakang dan aku masih bingung dgn yg tadi.

" sudah tutup kali, lagian makanannya semua pahit-kan! "

" iya! Lupa, " aku baru sadar, inikan sudah jam 3 sore.

Selain waktu, keadaan alam seperti angin, awan, matahari, daun jatuh dan sebagainya yg langsung terpengaruh dunia sana / mengikuti langsung keadaan dunia sana.

Ada beberapa hal yg tetap atau baru berubah setelah 6 jam, yaitu hal2 yg diakibatkan oleh tangan manusia seperti terbakarnya laboratorium, kaleng jatuh, tulisan kapur dipapan tulis dan perbuatan manusia yg lainnya.

Setiap perubahan itu mendadak dan akan mengikuti dunia sana, seperti yg kualami tadi. Begitulah yg dijelaskan Nara padaku. Anak itu pintar juga kukira cuma bisa nakal saja.

Katanya lagi saat ia melihat kekaca jendela. Ia juga melihat hal yg sama seperti yg ia lihat didalam cermin laboratorium dan sempat pula ia melihat kaleng itu, walau letaknya agak jauh, ia masih melihat dgn jelas. Hanya saja waktu itu tak terpikirkan hal ini ( hal tentang perbuatan manusia apapun di dunia cermin ini yg akan berakibat didunia sana).

Kaleng itu memang buktinya. Ternyata hasil lemparanku yg tidak sengaja, karena rasa minuman kaleng itu pahit. Ternyata bisa dilihat didunia sana. Dan itu adalah tiket kami untuk pulang kedunia asal kami.

***

jam 9 : 00 pagi, setelah kemarin mempersiapkan segalanya. Seperti memasang kaca cermin di setiap sudut ruangan, agar kami bisa melihat keadaan dunia sana. Sekarang kami berdua berdiri ditengah kelas. Diantara bangku2 mengamati kelas kami lewat cermin itu.

Ada suara tangis didalam kelas. Didunia Nara dan Aku berasal. Para murid ( teman sekelas kami ) baru dengar kabar dari para guru, dengar kabar dari pak polisi,

dikarenakan menurut bukti2 yg ada, dimungkinkan bahwa aku dan Nara itu telah wafat atau meninggal dunia sebab terbakar dan jenasanya hangus terbakar tak tersisah, jadi debu!

Kemudian, " wah....! " teriakan terjadi, betapa tidak ada tulisan timbul di papan tulis.

Mereka kontan kaget dan makin kaget lagi saat mereka baca sebuah tulisan paling bawah, tertanda yg nulis. Tertanda Nara dan Aku.

" apa yg terjadi sih ? " mereka bertanya- tanya bingung!

Sedang Nara dan Aku hanya bisa menunggu apa tindakan mereka selanjutnya.

TAMAT

0 komentar:

Blogger templates


Template by:

Free Blog Templates